D Perbedaan dan Persamaan antara Akhlak, Etika, dan Moral. 1. E. Tujuan dan Manfaat Akhlak Tasawuf. Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti dalam islam juga memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia.
Tasawufakhlaki adalah tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (moral) atau taswuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Ajaran tasawuf akhlaki membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal.
Didalam hidup sehari-hari/kita menggunakan alat lain yaitu pikiran dan pikiran itu pengetahuan itu tersimpan// misalnya tentang yang paling dekat dengan kita/ oke missal
565 "Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran atau pun pertimbangan", begitu kata Imam Al-Ghazali. Lebih lanjut Al-Ghazali mengungkapkan bahwa tidak ada pemisahan berarti antara akhlak dan tasawuf. Hal itu lantaran tasawuf adalah budi pekerti, dan
keduniaan Untuk itu hasil kajian Akhlak Tasawuf secara konseptual memiliki signifikansi ilmiah dalam menghampiri nilai-nilai akhlak8 dan prinsip-prinsip tasawuf dalam kehidupan. Oleh karena itu di kalangan mahasiswa nampaknya sangat signifikan untuk dikaji materi-materi akhlak dan tasawuf, yaitu:(1 ) Menjadi faktor pendukung pembentukan
Apaperbedaan tarekat dan tasawuf? Tashawuf adalah istilah yang merujuk pada upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih mengedepankan akhlak-akhlak dan melakukan ibadah-ibadah yang sering tidak dilakukan oleh masyarakat islam pada umumnya, namun diakui dalam syariat islam. Adapun Tahriqah/tarikat/tarekat adalah tradisi keilmuan
Thisjournal contains many subdisciplines of Islamic studies, including Islamic education, Shari'ah, Islamic thought, and Islamic economics. Maraji` Journal of Islamic Studies is published twice a year in March and September. Subjects: Islamic Studies. Accreditation: Not accredited.
IgZeQM. Ajaran Tasawuf Tasawwuf atau Sufisme bahasa Arab تصوف dalam islam hingga saat ini masih menuai pro dan kontra. Sebagian ulama menganggap bahwa tasawuf merupakan ajaran sesat yang bersumber dari kaum Nasrani, Hindu, Buddha, dan Yahudi Mereka beragumen, bahwa tasawuf/sufisme hanyalah topeng agar seseorang terlihat ta’at kepada Tuhannya. Sedangkan yang lain, berpendapat bahwa tasawuf adalah perwujudan hamba untuk mensucikan hati agar terhubung secara langsung kepada keberadaan ilmu tasawuf menjadi gonjang-ganjing di kalangan ulama, bahkan tidak diakui sebagai bagian dari islam, tapi tidak ada salahnya kita mempelajari sedikit perihal imu tasawuf, khususnya tasawuf akhali. Agar nantinya kita bisa lebih mengetahui tentang sejarah peradaban islam. Baca juga Tasawuf Sunni Pengertian, Sejarah, dan Manfaatnya dan Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam IslamPengertian TasawufMenurut para ahli sejarah, Tasawuf dalam islam lahir sekitar abad ke-2 atau di awal abad ke-3 Hijriyah. Tasawuf dapat diistilakan sebagai ajaran mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan usaha mensucikan hati untuk memperoleh kebahagian abadi. Sedangkan orang-orang yang mendalami ilmu tasawuf dikenal dengan istilah hingga detik ini, para ulama masih berselisih paham terkait definisi kata tasawuf secara bahasa etimologi. Ada yang menyebutnya sebagai shuffah serambi tempat duduk, shafa’ suci bersih, shuf pakaian dari bulu domba, shaf barisan, dan shufanah kayu yang tumbuh di padang pasir. Sedangkan menurut imam Junaidi Al Bhagdad, Tasawuf diartikan sebagai upaya untuk mengenal Allah SWT merasa tidak memiliki apapun dan tidak dimiliki siapapun kecuali Allah SWT dengan melakukan akhlak yang baik menurut Sunnah Rasul, meninggalkan Akhlak buruk, dan melepaskan hawa keseluruhan, ilmu tasawuf dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu tasawuf akhlaki, tasawuf amali, dan falsafi. Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengkaji aliran tasawuf akhlaki lebih mendalam. Mulai dari definisi, tingkatan ajaran, dan Tasawuf Akhlaki dan TingkatannyaTasawuf Akhlaki merupakan tasawuf yang berfokus pada perbaikan akhlak dan budi pekerti, berupaya mewujudkan perilaku yang baik Mahmudah serta menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela Mazmumah. Tasawuf akhlaki ini disebut juga dengan tasawuf sunni, dikembangkan oleh para ulama salaf as-salih dengan menerapkan metode-metode para sufi, pengembangan tasawuf akhlaki dibangun sebagai dasar latihan kerohanian dengan tujuan mensucikan hati dan mengendalikan hawa nafsu sampai ke titik terendah. Sehingga nantinya tidak akan ada penghalang yang membatasi manusia dengan Tuhannya. Nah, agar lebih mudah dalam mewujudkan ajaran Tasawuf Akhlaki ini, para sufi menyusun beberapa tahapan sistem, yang meliputi Takhalli, Tahalli, dan adalah tahapan pertama yang dilakukan oleh seorang sufi untuk membersihkan melepaskan diri dari perilaku buruk, seperti berbuat maksiat, kecintaan kepada dunia yang berlebihan, berprasangka su’udzon, ujub, hasad, riya, ghadab, dan sejenisnya. Sebagian sufi berpendapat bahwa perbuatan maksiat merupakan najis maknawiyah yang bisa menghalangi kedekatan hamba dengan Rabbnya. Oleh karena itu, sifat-sifat nafsu dalam diri harus dimusnakan agar manusia tidak terjerumus ke dalam imam Al-Ghazali mempunyai pendapat lain. Menurutnya, selama hidup di dunia setiap manusia pasti membutuhkan nafsu. Bukan untuk melakukan hal-hal buruk, tapi nafsu diperlukan demi menjaga keharmonisan keluarga, membela harga diri, dan hal-hal positif lainnyaTahalliSetelah membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela,tahapan berikutnya yang perlu dilakukan adalah pengisian jiwa atau disebut Tahalli. Pada tahap ini, seorang sufi diharuskan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak terpuji sabar, ikhlas, ridha, taubat, dan itu, juga menjalankan ketentuan syariat agama, seperti sholat, puasa, zakat, membaca Al-Quran, dan berhaji bila mampu. Dengan demikian, apabila seseorang telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan mulia, taat dan beriman kepada Allah SWT maka lama-kelamaan hati pun akan menjadi yang terakhir adalah Tajalli yang berarti tersingkapnya nur ghaib. Di tahap ini, seorang sufi benar-benar menanamkan rasa cinta kepada Allah SWT di dalam hatinya. Tujuannya agar perilaku-perilaku baik yang telah dilakoni pada tahap Tahalli tidak luntur begitu saja, dan bisa terus Tajalli biasanya dilakukan dengan cara bermunajat kepada Allah SWT, yaitu memuja dan memuji keagungan Allah SWT. Kemudian bermusahabah merenungi dosa-dosa yang telah diperbuat, muraqabah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah SWT, Tafakkur merenungi kekuasaan Allah dalam menciptakan alam semesta, serta memperbanyak amalan Sufi yang Mengembangkan Tasawuf AkhlakiTasawuf Akhlaki pertama kali berkembang di pertengahan abad kedua hingga abad keempat hijriyah. Adapun tokoh-tokoh sufi yang tergabung dalam tasawuf ini , meliputi Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, dan al-Harowi. Selanjutnya di abad kelima hijriyah, imam Al Ghozali, Al Harawi, dan Al Qusyairi mulai mengadakan pembaharuan dengan mengembalikan dasar-dasar tawasuf yang sesuai dengan Al Quran dan as ini beberapa tokoh yang paling berpengaruh dalam pengembangan tasawuf akhlakiHasan Al-Basri 21 H- 110 HHasan Al-Bashri memiliki nama lengkap Abu Said Al-Hasan bin Yasar, adalah seorang zahid dari kalangan tabiin yang lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah. Beliau merupakan pelopor utama yang mulai memperluaskan ilmu-ilmu kebatinan dan kesucian pandangannya, tasawuf merupakan ajaran untuk menanamkan rasa takut baik itu takut akan dosa-dosa, takut tidak mampu memenuhi perintah dan larangan Allah, takut akan ajal atau kematian di dalam diri setiap hamba dan senantiasa mengingat Allah SWT. Beliau berpendapat bahwa dunia adalah ladang beramal, banyak duka cita di dunia dapat memperteguh amal 165 H – 243 HAl-Muhasibi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Al-Harist bin Asad Al-Bashri Al- Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashroh, Irak pada tahun 165 Hijriyah. Menurut beliau, tasawuf berarti ilmu yang mengajarkan untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba dan meneladani akhlak Rasulullah juga berpendapat ada 3 hal yang perlu ditekankan untuk membersihkan jiwa dan mencapai jalan keselamatan, yaitu melalui Ma’rifat Mengenal Allah SWT dengan mata hati, Khauf rasa takut, dan Raja’ pengharapan.Al-Qusyairi 376 H- 465 HAl-Qusyairi memiliki nama lengkap Abdul Karim bin Hawazim. Beliau lahir di kawasan Nishafur pada tahun 465 Hijriyah, dimana beliau ini merupakan seorang ulama yang ahi dalam berbagai disiplin ilmu pada tasawuf Al-Qusyairi didasarkan pada doktrin Ahlusunnah Wal Jama’ah dan berlandasakan ketauhidan. Beliau mengadakan pembaharuan di ajaran tasawuf, dengan menentang keras doktrin-doktrin aliran Karamiyah, Syi’ah, Mu’tazilah, dan Mujassamah. Ia juga menjelaskan pembeda antara dzahir dan bathil, serta syariat dan hakikat. Menurutnya, tidak haram jika seseorang menikmati kesenangan dunia, asalkan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan 450 H – 505 HAl-Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Thusi. Beliau lahir di kota Khurasan, Iran pada tahun 450 Hijriyah. Di masa hidupnya, Al Ghazali merupakan seorang ahli ilmu yang dikagumi oleh banyak ulama besar. Beliau juga dikenal sebagai seorang Sufi, Filosof, Fuqoha ahli fiqh, dan Mutakallim. Beliau juga memiliki banyak gelar, salah satunya Hujjah al-islam yang diperolehnya dari kerajaan Bani halnya Al-Qusyairi, Al-Ghazali juga berupaya mengembalikan ajaran tasawuf yang sesuai syariat agama dan bersih dari aliran-aliran asing yang menyesatkan islam, dengan berpedoman pada Al Quran dan As sunnah Ajaran Rasulullah Saw. Tasawuf Al-Ghazali lebih kepada penekanan pendidikan moral, dimana seseorang dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu sebelum mempelajari sedikit ulasan mengenai ajaran tasawuf akhlaki. Yang perlu kita pahami, bahwa memang penting bagi seorang hamba mendekatkan diri kedapa Allah SWT. Namun bukan berarti kita melalaikan urusan di dunia. Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup, sebagai firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 105“Dan Katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” At-Taubah 105Semoga bermanfaat.
MAKALAH AKHLAK, MORAL, ETIKA, DAN KESUSILAAN Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak dan Tasawuf Pengampu Komarudin, Di susun oleh Romi Alfariz 1501046036 Muhammad Naufal Afif 1501046069 PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN Pemahaman yang salah, dapat membuat orang satu dengan orang yang lain menjadikan suatu masalah kecil menjadi masalah yang besar. Kita pasti sudah mengetahui dalam kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini, kami berusaha menguraikan masalah serupa yaitu antara akhlak, etika, moral dan susila yang hingga saat ini masih ada kesan seolah-olah istilah akhlak sama dengan etika, moral dan susila. Selain itu dalam makalah ini perlu juga dilihat secara jelas hubungan antara keempat istilah tersebut. 2. Rumusan Masalah Apa pengertian dari akhlak, etika, moral dan susila ? Apa persamaan dan perbedaan dari akhlak, etika, moral dan susila ? Apa hubungan antara ke empatnya ? BAB II PEMBAHASAN a. Akhlak Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufrodnya khulqun yang menurut logat diartikan budi pekerti. Sedangkan secara istilah akhlak adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan. Karena kehendak dan tindakan itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan, maka seseorang dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya itu dengan mudah, tidak memerlukan banyak pertimbangan dan pemikiran. Oleh karena itu, tidak salah apabila akhlak sering diterjemahkan dengan kepribadian lantaran kehendak dan tindakannya itu sudah menjadi bagian dari kepribadiannya. Sebagai salah satu contoh seseorang tidak bisa dikatakan sebagai berakhlak dermawan, apabila dalam menyerahkan hartanya hanya dimotivasi oleh kebutuhan yang mendadak bukan oleh keadaan yang sudah menancap dan melekat di dalam jiwanya. Demikian juga orang yang dalam melakukan perbuatan dengan terpaksa maka perbuatannya itu tidak bisa dikatakan sebagai akhlak. b. Etika Secara Bahasa, dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak moral. Dari kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku. Sedangkan secara istilah, etika adalah suatu ilmu yang membahas perbuatan manusia yang bersumber dari pikiran atau filsafat sebagai penilai, penentu dan penetap yaitu apakah perbuatan tersebut dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya yang bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai tuntunan zaman. Dengan demikian, etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan anthropocentris, yakni berdasar pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Sebagai Contoh ketika masuk kerumah orang lain, harus mengetuk pintu rumah dan memberikan salam. c. Moral Dari segi bahasa, moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Menurut istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Sebagai contoh dari moral adalah kalau kita menemukan tas yang berisikan dokumen penting dan juga sejumlah uang yang terdapat dalam tas tersebut. Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu kepada pemiliknya atau kalau tidak pada yang berwajib. d. Susila Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta , yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berlakuan buruk, contohnya para pelaku zina pelacur sering diberi gelar sebagai tuna asusila. Selanjutnya kata susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkaan keadaan dimana orang selalu menerapkaan nilai-nilai yang di pandang baik. Setelah mengetahui beberapa Pengertian antara Akhlak, Etika, Moral dan Susila dapat kita tarik persamaan dan perbedaan yaitu Persamaan Perbedaan Akhlak Akhlak sebagai objek yang dikaji Sumber dari Al Qur’an & Hadits Etika Menentukan hukum/ nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Mengkaji Tentang Akhlak Prinsip atau aturan hidup manusia Akal pikiran sebagai pertimbangan Bersifat teoritis Umum Menyatakan Ukuran Moral Bersifat praktis Adat kebiasaan umum masyarakat sebagai pertimbangan Menjelaskan Ukuran Alat penjaga dharma ajaran agama Susila 2. Hubungan Antara Akhlak, Etika, Moral dan Susila Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak , etika, moral, dan susila sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah. Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu aadalah Al Quran dan Al Hadits. Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, Jika etika lebih banyak pada sifat dan kawasan pembahasanya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal atau idividual. Etika menjelaskan baik buruknya, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasal dari produk rasi dan budaya masyarakat yang scara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan Al Quran dan Hadits. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan. BAB III PENUTUP Berdasarkan uraian makalah di atas kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa antara akhlak islam yang bersumber pada wahyu dapat menerima atau mengakui peranan yang dimainkan oleh etika, moral dan susila, yaitu sebagai sarana atau partner untuk menjabarkan akhlak islam yang terdapat dalam Al Quran dan Hadits, sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan Al Qur’an dan Hadits tersebut. Demikian makalah yang dapat kami susun, apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Nata, Dr. H. RAJAGRAFINDO PERSADA Nasiruddin, Media Group Drs. Zahruddin AR, M, Studi Raja Grafindo Persada
Dalam islam terdapat istilah akhlak dan tasawuf. Akhlak dan Tasawuf memiliki beragam pendapat dan hubungan yang saling melengkapi. Ajaran mengenai tasawuf, sebetulnya bukanlah ajaran yang baku dalam islam dan disepakati oleh berbagai kalangan ulama. Terdapat berbagai pandangan dan pemikiran yang memberikan sumbangsih pada artikel ini sekedar membahas benang merah Akhlak dan Tasawuf secara umum saja namun tidak menggali lebih mendalam mengenai apa tasawuf dan berbagai aliran mengenai hal tersebut. Hal ini agar dapat sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam yang telah ditetapkan oleh Allah, ketika akan TasawufIstilah tasawuf berasal dari kata sufi yang artinya suci. Tasawuf memang berasal dari golongan para sufi yang senantiasa menghubungkan ajaran agama dengan perasaan cinta mendalam dan kesucian hati. Untuk itu, tasawuf diartikan sebagai penyucian hati dan menjaganya agar tidak mendapatkan cedera, kotor, dan selanjutnya dapat menjadikan hati jernih serta harmonis dengan hubungan antara manusia dan Tasawuf sendiri menjelaskan mengenai cara cara mengembangkan ruhani manusia untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dalam derajat tertentu, terdapat istilah Makrifat yang berarti telah bersatu dengan Tuhan. Itulah yang menjadi pencapaian tertinggi atau tujuan tertinggi dari mengedepankan kedisiplinan dalam beribadah, konsentrasi terhadap tujuan hidup menuju kepada Allah, serta membebaskan diri dan keterikatan manusia dengan kehidupan duniawi. Tasawuf mengajarkan untuk tidak mencintai dunia yang fana serta mengharapkan hanya keridhoan Allah semata. Dunia yang fana hanya akan membuat manusia lupa akan cinta pada yang sebenarnya yaitu hakikat cinta hanya kepada Allah SWT. Untuk itu, hal-hal yang duniawi tentu akan dijauhi dan dikurangi oleh orang-orang Ajaran TasawufDasar dari ajaran tasawuf adalah mensucikan diri dari dosa, mencari ridho Allah, dan hidup dalam keadaan zuhud. Mereka menghiasi hati dengan cinta dan menghias diri dengan akhlak yang mulia. Ajaran tasawuf ini disandarkan dari beberapa pandangan, diantaranya Bahwa Perilaku Nabi Muhammad adalah Nilai SufismePerilaku Nabi Muhammad bagi ulam sufisme adalah cerminan dari perilaku tasawuf. Diantaranya adalah berdiam diri di gua hira, hidup zuhud atau sederhana, tidak memiliki kecintaan terhadap harta duniawi, senantiasa melakukan pendekatan diri terhadap Allah baik lewat zikir, doa, dan mengenai tasawuf juga timbul karena pandangan akan sifat Nabi Muhammad seperti bertaubat, sabar, tawakal, dan ridha atas apa yang diberikan Allah. Perilaku tersebut dianggap sesuai dengan ajaran tasawuf dan sesuai dengan tujuan untuk meraih keridhoan Allah dalam Al-Quran Di dalam ayat Al-Quran juga terdapat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi ajaran Tasawuf, diantaranya adalah“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya” QS Asy-Syams 9Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang yang mensucikan jiwa sebagaimana dari tasawuf. Untuk itu, ayat ini menjadi pendorong bagi muslim untuk senantiasa memelihara hati dan menjaganya agar tidak terkotori oleh hal-hal duniawi atau hal-hal yang merusak ketentraman jiwa. Selain itu disampaikan pula dalam ayat berikut bahwa ayat ini mendorong untuk senantiasa mencintai Allah dan Allah akan mengampuni dosa bagi yang mencintai Allah. Tentu ini pun juga menjadi dasar akan tasawuf bahwa kecintaan pada Allah adalah segala-galanya.“Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Ali Imran 31Pengertian dan Dasar Akhlak IslamAkhlak dalam islam adalah landasan mengenai perhitungan baik atau buruknya sesuatu. Landasan akhlak dalam islam didasarkan pada aspek Ketuhanan dimana benar atau salahnya serta baik atau buruknya akhlak bergantung kepada apa yang disampaikan oleh Allah SWT. Pertimbangan akhlak islam diantaranya berdasar kepadaKepatuhan dan Ketaatan Kepada Allah SWT “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah Al-Qur`an dan Rasul sunnahnya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” An-Nisa 59Akhlak islam mengarahkan untuk taat kepada Allah SWT dan melarang untuk mengikuti selain dari perintahnya. Untuk itu, akhlak islam didasarkan kepada keaptuhan dan ketaatan hanya kepada Allah SWT. Baik dan Buruknya adalah sesuai dari perkataan Allah bukan manusia atau ajaran-ajaran yang bukan berasal dari dari Rasulullah SAW “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu iaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” QS Al Ahzab 21 Dalam islam sendiri telah dijelaskan bahwa Rasulullah adalah teladan bagi umat islam. Untuk itu, akhlak yang baik akan tercermin dari bagaimana Rasulullah berperilaku dan mencontohkan. Bisa dilihat dari tujuan perilaku atau teknis perilaku yang dicontohkan Keseimbangan atau Sunnatullah di Alam Selain dari apa yang Allah perintahkan dan rasul contohkan ada pula hukum-hukum Allah yang ada di alam dan hanya dapat ditangkap dan dipahami oleh orang-orang yang berakal, Diantaranya adalah ayat berikut yang melarang manusia untuk merusak hukum keseimbangan. Akhlak yang buruk pasti akan merusak, akhlak yang baik akan mengarahkan pada keseimbangan.“Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” QS Ar Rahman 7-9Dalam ajaran akhlak islam dan tasawuf tentu tidak ada yang bertentangan secara substansi. Akhlak islam menginginkan umat islam mendapatkan kemuliaan akhlak berdasarkan agama sedangkan tasawuf pun menuju kepada hal tersebut. Titik tekan akhlak islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan tasawuf pada kecintaan dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf memiliki hal yang berbeda, namun secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak menginginkan keburukan dan kerusakan yang ini dapat dirangkum dalam hal berikut mengenai Hubungan Akhlak dan Tasawuf Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWTSama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwaSama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhiratUntuk memuliakan akhlak sejatinya kita juga bisa kembali melaksanakan sunnah rasul. Tasawuf tentu tidak dilarang secara praktik jika tidak ada hal yang bertentangan dengan Al-Quran, Sunnah, rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama. Hal ini dapat diperkuat misalnya dengan cara melaksanakan Sunnah Sebelum Tidur , Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Akhlak, Etika dan AkhlakKata akhlah berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah karakter pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi perkerti, watak, dan dengan pengertian khuluq yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi berkata, “ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan kaidah untuk menempuh jalan yang yang sesuai untuk menuju akhlak akal tantang kebaikan dan akhlak menurut istilah, Menurut imam Al-Ghozali “akhlak adalah daya kekuatan sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yag spontan tanpa memerlukan pertimbangan akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan Etika Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti kebiasaan perbiatan.netika adalah teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruknya. Etika memurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan baik dan perbuataan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran. MoralMoral berasal dari bahasa latin mores. Kata Jama’ dari mos yang berarti adat kebiasaan. Menurut istilah moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia. Yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu. B, Pengertian Tasawuf Secara lughawiSecara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, seperti di bawah tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ا هل ا لصفة yang berarti sekelompk orang pada masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Kedua tasawuf berasal dari kata shafa صفا ء berarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan tasawuf berasal dari kata shaf صفartinya orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf paling istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani tasawuf berasal dari kata saufi سو فئ yang berarti tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah tasawuf berasal dari kata shuf صو ف yang berarti bulu domba atau tasawuf secara istilahPengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada bingkai global, urgensi tasawuf yang disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah “ barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”. Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang Al-Junaid ai-Baghdadi mendefinisikan tasawuf sebagai berikut “hendaknya kita berhubungan dengan al-Haqq tanpa perantara wasilah” dan dikitab lain dia juga mendefinisikan tasawuf adalah “hendaknya hidup dan matimu diserahkan kepada al-Haqq”.Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT dan mengikuti syari’at Rosulullah SAW dalam mendekatkan diri dan mencapai Tasawuf Dalam Al-Qur’an dan Hadis Kajian tentang tasawuf semakin banyak diminti orang. Sebagai bukti, misalnya, semakin banyaknya buku yang membahas tasawuf yang banyak kita temui telah mengisi berbagai perpustakan terutama di Negara-negara yang berpenduduk muslim, juga Negara-negara barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya adalah ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf. Ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua kecenderungan, yaitu pertama karena kecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau naluriah;Kedua, karena kecenderungan pada persoalan akademis. Kecenderungan pertaman mengisyaratkan bahwa manusia membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani. Kecenderungan kedua mengisyaratkan bahwa kajian tasawuf menarik untuk dikaji secara akademis-keilmuan. Untuk melihat dasar-dasar tentang tasawuf, dalam kajian ini penulis akan mengetahkan landasan-landasan naqli dari tasawuf. Landasan naqli yang kami maksudkan adalah landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kami memandang perlu menyajikan kedua landasan ini karena Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang umat islam. Al-Qur’an Tasawuf pada awal pembentukannya adalah akhlak atau keagamaan, dan moral keagamaan ini banyak diatur dalm Al-Quran dan As-Sunnah. Jelaslah bahwa sumber pertamanya adalah ajaran-ajaran islam. Sebab tasawuf ditimba dari Al-Quran dan As-Sunnah, dan amalan-amalan serta ucpan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabt itu tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Al-Quran merupakan kitab Allah SWT. Yang di dalamnya terkandung muatan-muatan ajaran Islam, baik akidah , syariah, maupun muamalah .ketiga muatan tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran itu, di satu sisi memang perlu dipahami secara tektual-lahiriah, tetapi di sisi lain, ada juga yang perlu dipahami secara kontektual-rohaniah. Sebab jika dipahami hanya secara lahiriah, ayat-ayat Al-Quran akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan yang tidak dapat diterima secara psikis. Secara umum. Ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yangcukup besar dari sumber ajaran Islam. Ak-Quran dam As-Sunnah, serta praktik kehidupan Nabi Muhammmad SAW dan para sahabatnya. Al-Quran antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai mahabbah dengan Tuhan. Hal itu misalnya difirmankan Allah SWT dalam wahai orang-orang yang beriman ! Barang siapa di antara kamu yang murtad keluar dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan merekanpun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya , Maha Mengetahui. Al-Ma’idah [5]54Dalam Al-Quran, Allah SWT pun memerintahkan manusia agar senantiasa bertobat, membersihkan diri, dan memohon ampunnan kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya HaditsDalam hadis Rasulullah SAW banyak dijumpai keterangan yang berbicara tentang kehidupan rohaniah manusia. Berikut ini beberapa matan hadis yang dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf. Artinya “barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya” Hadis ini di samping melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia, sekalipun mengisyaratkan arti bahwa manusia dan Tuhan adalah satu. Jadi barang siapa yang ingin mengenal Tuhan cukup mengenal dan merenungkan perihal dirinya sendiri. Dasar-dasar tasawuf baik Al-Quran , Al-Hadis, maupun teladan dari para sahabat, ternyata merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan maqomat dan keadaan ahwal. Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam Al-Qura, bahwa pertumbuhan pertamanya, tasawuf ternyata ditimba daro sumber Al-Quran. dan Persamaan antara Akhlak, Etika, dan Antara Akhlak, Etika, dan MoralAda beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral, yaitu sebagai berikut etika, dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap Antara Akhlak, Etika, dan MoralAkhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak yang bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah SWT. Sedangkan etika sendiri merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan dan Manfaat Akhlak TasawufPada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti dalam islam juga memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia. Misalnya, shalat bertujuan mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela; zakat disamping bertujuan menyucikan harta juga bertujuan menyucikan diri dengan memupuk kepribadian mulia cara membantu sesama; puasa bertujuan mendidik diri untuk menahan diri dari berbagai syahwat. Dengan demikian, tujuan secara umum adalah membentuk kepribadian seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara lahiriyah maupun batiniah. sumberAnwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Ahmad. 2007. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa. Surabaya Temprina Media Dahlan. 2010. Tasawuf Irfani. Malang UIN-Maliki Press. Lihat Pendidikan Selengkapnya
Tasawuf berkembang menjadi cabang ilmu keislaman tersendiri yang menekankan tujuan penyucian jiwa dan pendekatan diri kepada Allah. Walau seluruh ibadah dalam Islam telah diatur dan diorientasikan untuk tujuan di atas, para sufi atau pengamal tasawuf tidak hanya menjalankan ibadah secara formal sesuai ketentuan syariat, tetapi juga berusaha menangkap rahasia syariat yang membawa mereka lebih dekat lagi kepada Sang Pencipta. Lihat Muhammad bin Musthafa, Bariqatul Mahmudiyyah fi Syarhi Thariqah Muhammadiyyah, Jilid 3, halaman 154. Sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri, tasawuf kemudian berkembang menjadi tasawuf menjadi tasawuf positif yakni tasawuf yang sejalan dengan akidah serta syariat Islam dan tasawuf negatif yakni tasawuf yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam. Di sisi lain, tasawuf juga berkembang menjadi tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Sebagai tasawuf positif, tasawuf amali adalah tasawuf yang menekankan pendekatan dan kaidah ilmiah dimana akidah sebagai fondasinya, syariat sebagai tiangnya, dan tasawuf sebagai energi yang membawa umat menjadi lebih baik, hidup bersih lahir-batin, dekat dengan Allah dan juga sesama makhluk, senantiasa berorientasi pada kehidupan akhirat. Lihat Dr. Abdul Ghani, Tasawuf Amali bagi Pencari Tuhan, [Bandung Alfabeta], 2019, halaman 42. Tasawuf amali bertitik tolak dari ilmu yang diyakini harus diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaidah yang dibangun di dalamnya adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Jadi, tidak benar anggapan yang mengatakan bahwa tasawuf mengabaikan ilmu dan mengedepankan pengamalan yang diajarkan guru. Dengan kata lain, tasawuf ini tidak mengabaikan ilmu, tidak berhenti pada ilmu dan iman, tetapi ditingkatkan pada tataran amal dan amaliah yang saleh, sebagaimana perintah Al-Quran. وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ Artinya, "Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh," QS. al-Ashr [103] 1-3. Dalam salah satu tulisannya, al-Ghazali pernah menyatakan, “Para pengamal tasawuf amali bukanlah pemikir yang hanya berwacana, tetapi kelompok umat yang peduli atas kualitas jiwa dan terus beramal.” Dan pemikirannya itu sudah dibuktikannya sendiri. Dengan demikian, tasawuf amali adalah tasawuf yang berorientasi pada penerapan dan pengamalan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung tasawuf ini bergerak di atas dua terapan, yakni tataran konseptual teoritis sebagai landasan filosofis dan tataran praktis sebagai dimensi terapan dari ilmu tasawuf. Ketika beramal dan bermuamalah, para pemegang tasawuf amali senantiasa memperhatikan tuntunan syariat, yakni Al-Quran, sunnah, tadisi generasi salaf, dan amaliah para ulama yang berpegang teguh pada nilai-nilai dan tuntunan Islam. Maka dari itu, tasawuf amali melahirkan 4 istilah lain, yaitu tasawuf qurani, tasawuf sunni, tasawuf akhlaki, dan tasawuf salafi, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari tasawuf amali itu sendiri. Lihat Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global, 2012 Jakarta Transpustaka, hal. 122-126. Pertama, tasawuf qurani, yaitu tasawuf yang pola amaliah tasawufnya bertumpu pada kegiatan, usaha, dan proses tazkiyatun-nafs, taqarrub ilallah, dan hudhurul-qalbi ma’allah dengan bersumber pada ajaran Al-Quran. Dalam pengamalan tasawuf qurani, setiap konsep dan langkah-langkah amaliahnya dikembalikan kepada ayat-ayat suci Al-Quran, baik secara langsung maupun melalui penafsiran para ulama jumhur. Kedua, tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang pola amaliahnya bertumpu pada sunah-sunah Nabi saw. Dalam pengamalannya, perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi saw. senantiasa menjadi acuan. Dengan kata lain, tasawuf sunni merupakan perjuangan bertasawuf dengan menjadikan sunnah Nabi saw. sebagai pusat perhatian dan pola amaliahnya. Keseluruhan sunah dan kebiasaan beliau menjadi sumber inspirasi dan keteladanan, bahkan kepribdiannya yang luhur diyakini sebagai personifikasi yang membumi dari “grand sufi” yang berada pada puncak piramida spiritual. Bagaimana tidak, karena Rasulullah saw. adalah seorang yang menempuh perjalanan spiritual menuju Allah hingga berhasil berhadap-hadapan dengan-Nya dalam jarak yang sangat dekat, berkat dialog dan pendampingan malaikat Jibril. Ketiga, tasawuf akhlaki, yaitu tasawuf yang fokus utamanya membina akhlak mulia. Sebab, esensi tasawuf itu sendiri adalah usaha dan proses tazkiyatun-nafs, yakni membersihkan diri dari dosa besar maupun kecil, membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Ketika jiwa sudah bersih dan hati sudah penuh dengan sifat-sifat terpuji, maka akan terpancar akhlak yang terpuji. Keempat, tasawuf salafi, yaitu tasawuf yang pengamalannya berpedoman kepada pemikiran dan metodologi bertasawuf sebagaimana yang dijalankan oleh kaum salaf, yakni tiga generasi pertama dalam Islam para sahabat, para tabi’in, dan tabi’t tabi’in. Dengan demikian, secara singkat tasawuf salafi adalah pengamalan tasawuf yang mengutamakan apa yang ditempuh oleh generasi salaf terdahulu, yang tentunya juga bersumber dari tuntunan syariat. Tasawuf amali kemudian melahirkan anak kandung yang bernama tarekat, yang secara harfiah berarti cara’, jalan’, atau metode’, guna mencapai tujuan bertasawuf. Di sinilah para pemegang tasawuf amali secara inten dan nyata menjalankan amaliah dan mempraktikkan konsep-konsep tasawufnya sesuai dengan bimbingan guru dan ketentuan syariat yang telah diadopsi tarekat, dengan tujuh komponen utamanya, yaitu mursyid, murid, silsilah, baiat, adab, wirid, dan tempat. Dalam tasawuf amali ini, dikenal sejumlah tokoh penting, di antaranya adalah Abdul Qadir al-Jailani, Junaid al-Baghdadi, Hasan al-Bashri, Rabi’ah al-Adawiyah, dan Dzun Nun al-Mishri. Selain tarekat, sejumlah aspek penting yang dipelajari dalam tasawuf ini adalah syariat, hakikat, dan makrifat. Lihat al-Qusyairi, ar-Risalah al-Qusyairiyyah, hal. 87; lihat pula Dr. Abdul Ghani, Tasawuf Amali bagi Pencari Tuhan, [Bandung Alfabeta], 2019, halaman 65-86. Dalam praktiknya, tasawuf amali memiliki sejumlah metode yang harus diikuti oleh para salik, yaitu riyadhah atau latihan untuk membiasakan diri tidak berbuat yang dapat mengotori jiwa serta menjauhi hal-hal yang diinginkan oleh nafsu; tafakur, yaitu proses pembelajaran diri manusia melalui aktivitas berpikir yang menggunakan perangkat batin; tazkiyatun-nafs, yakni proses penyucian jiwa melalui tiga tahapan, takhalli, tahalli, dan tajalli; dzikrullah, yakni upaya mengingat Allah dan menyebut asma-Nya secara berulang-ulang. Lihat al-Hakim at-Tirmidzi, Adabun-Nafs, juz I, halaman 34. Demikian pengenalan singkat tasawuf amali. Sementara tasawuf falsafi, mengingat keterbatasan ruang, maka insya Allah akan disampaikan pada tulisan berikutnya. bersambung.... Wallahu al’lam. Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
perbedaan akhlak dan tasawuf